Kita hidup di generasi "microwave", dimana sekarang ini kita bisa mendapatkan hal-hal dengan lebih cepat dibanding sebelumnya, dan bahkan itupun belum cukup, belum cukup cepat untuk memuaskan keinginan kita. Popcorn instant masih terlalu lama untuk siap dimakan, makan malam instant masih terlalu lama untuk menjadi panas, makanan siap saji juga masih terlalu lama walaupun kita sudah melalui "drive through". Kita menikah dan berharap mempunyai hal-hal yang sama seperti yang dimiliki oleh orang tua kita setelah 25 tahun pernikahan! Sebuah mobil baru, rumah yang bagus, uang tambahan untuk dibelanjakan. Semua itu membutuhkan waktu untuk didapatkan, tapi pikiran kita yang terburu-buru tidak dapat mengerti konsep itu. Kita tidak mau menjadi sabar, kita menginginkan semua hal sekarang.
Saya mengira saya adalah orang yang cukup sabar. Memang saya kadang merasa panik tentang beberapa hal, tapi secara keseluruhan, saya mengerti bahwa "Hal-hal baik datang kepada mereka yang mau menunggu" dan biasanya hasil yang didapatkan juga membuat proses menunggu itu layak dilakukan. Tapi mengetahui kebenaran ini dan mengaplikasikannya ke dalam hidup dan karir kita kadang membutuhkan perspektif yang berbeda! Mengapa kesabaran begitu sulit untuk kita? Mengapa kita menginginkan apa yang kita inginkan dalam waktu yang kita inginkan? Mengapa kita tidak bisa tenang, duduk menunggu dan mempercayai waktu Tuhan di atas segala kepanikan dan sikap tergesa-gesa kita?
Saya percaya semua ini kembali kepada pengendalian diri. Bersabar berarti menyerahkan kendali atas hidup kita kepada Yesus, yang juga adalah Pemilik waktu. Bersabar berarti mengatakan, "Saya akan menunggumu Tuhan, karena saya mempercayaiMu." Dan itu sulit untuk dilakukan, sulit untuk tidak mengetahui apa yang akan terjadi. Kita hidup dalam dunia yang beroperasi dengan rencana-rencana, daftar, rincian, dan keteraturan. Bagaimana kita bisa membuat rencana atau daftar atau mengatur jika kita tidak tahu apa yang ada di depan sana? Jika kita tidak tahu apa yang harus diharapkan? Jawabanya mudah: kita memang tidak bisa. Itulah tempat di mana kepercayaan bisa masuk. Anda tidak bisa percaya tanpa terlebih dahulu menyerahkan kendali.
Telapak tangan Anda mungkin menjadi berkeringat membayangkan pemikiran ini. Melepaskan kendali? Membiarkan Yesus mengambil kendali sepenuhnya atas hidup saya? Tapi bagaimana jika rencana-rencanaNya tidak cocok dengan rencana saya? Bagaimana jika Dia tidak menginginkan hal yang sama untuk saya seperti yang telah saya impikan selama ini? Bagaimana saya bisa mempercayakan semua itu kepadaNya? Dan bagaimana saya bisa tahu bahwa Dia tidak akan membiarkan saya tersesat?
Pertanyaan yang bagus. Dan saya menyadari sesuatu sementara saya memikirkan satu kata menakutkan ini, "menunggu". Gambaran samar ini melintas di otak saya dan saya ingin membaginya dengan Anda. Pernahkah mata Anda ditutup? Saya melakukan permainan ini waktu kemping bersama teman-teman saya. Memang hanya sebuah permainan, tapi itu mengajarkan pada saya bagaimana caranya membangun kepercayaan dan menjadi anggota tim yang lebih baik. Pemimpin tim kami akan mengikatkan sebuah kain di sekeliling mata saya, dan saya akan dibimbing oleh seorang teman yang matanya terbuka untuk melewati berbagai halangan di jalan setapak. Intinya adalah bagaimana saya bisa belajar mempercayai suara dan instruksi dari teman saya. Jika dia berkata, "belok kanan", saya bergerak ke kanan. Jika dia berkata, "naik", saya akan naik dan melangkahi benda di depan saya. Saya mengambi langkah kecil atau langkah lebar berdasarkan petunjuknya. Saya akan mundur, berlari, dan merangkak. Saya melakukan apapun yang diperlukan untuk melalui semua rintangan itu tanpa melihat. Saya harus benar-benar mempercayai teman satu tim saya, yang bisa melihat semuanya.
Kehidupan kita hampir sama seperti itu. Kita, sebagai orang Kristen, seperti orang yang matanya tertutup. Kita tidak bisa melihat keseluruhan gambarnya. Pandangan kita terbatas, dan kita kebingungan kemana arah yang seharusnya kita tuju. Parahnya, lebih sering kita cenderung untuk mengabaikan instruksi Tuhan yang ingin mengarahkan kita dengan aman kepada kesuksesan.
Bagaimana kita bisa tahu kemana kita harus pergi, atau tidak pergi, jika kita tidak mendengarkan Dia? Kita tidak akan pernah melewati garis finish jika kita dengan keras kepala berkata bahwa kita bisa melakukannya dengan kemampuan diri kita sendiri. Tuhan dapat melihat keseluruhan jalannya sebelum kita bisa melihatnya. Dia tahu apa yang akan datang, apa yang telah terjadi, apa yang sedang terjadi, dan masih mempunyai rencana untuk masing-masing kita. Sebagai orang-orang percaya, kita harus mempercayai itu. Entah itu berarti menunggu, berjalan, merangkak, mengambil langkah kecil, melompat, berlari, atau yang lain.
Apakah Anda mendengarkan suara Juru Selamat kita hari ini? Saya mendengarkanNya. Saya akan tetap menunggu dan tetap percaya. Dan saat saya mendengar suaraNya menyuruh saya berjalan, saya akan melakukannya dengan yakin bahwa saya berada di jalur yang tepat.